Monday, May 9, 2011

Through the night.

Bercanda, mempercepat langkah. Lidah masih kelu seperti ketika masih di dalam kotak.
Ah, kau ini, pikirku. Masih saja seperti yang dulu. Yang tidak kau sadari mungkin, aku telah berubah.

Berubah, berubah. Setiap kali bertemu dengan orang lain, hampir selalu sama yang mereka tanyakan. ”Penampilanmu berbeda?” tanya mereka.

Dengan ringan saya jawab bahwa semua yang saya kenakan hari itu merupakan pakaian darurat. Artinya yang tak perlu saya cuci atau setrika. Titik. Dan mereka terima, lantas pergi tertawa-tawa.

Berubah. Bukan hal yang mudah. Lebih mudah untuk diam menatap lantai, meneliti ke mana kakimu melangkah, meskipun kau telah hafal benar jalan yang kau tempuh.

Kembali kepada malam.
Hampir terbang, hampir berlari, menuju tanggung jawab satu lagi yang telah menanti. Apakah seluruh hidupku aku akan seperti ini?

Adzan berkumandang. Berhenti sejenak, ia memanggil. Berhenti, dan kembalilah ke masjid.

Ironis, aku malah menggeleng. Oh Tuhan, maafkan aku malam ini. Adakah engkau akan menerimanya, seperti berjuta-juta kali sebelumnya?

Terserah, ia berkata. Aku akan ke sana sendiri.. Dan ia mulai menghilang.
photo taken from http://www.artsjournal.com/tobias/MOR_7712%20Cr%20Dean%20Buscherr.jpg

Di malam yang hangat, ada sesuatu yang menyesakkan, membuat desah nafas tak selega biasanya. Angin tidak berhembus, bayang-bayang kelam terus mengikuti dari segala arah.

Oh Tuhan, aku butuh engkau malam ini. Bukan dia atau mereka. Akankah kau masih mau menerimaku? Dear me, surga is not an impossible dream... but we must earn it in every way we can...

No comments:

Post a Comment