Monday, May 9, 2011

inside the lift

Sekali lagi, di dalam kotak kecil itu.

Tubuh menjerit seolah-olah hendak melepaskan diri dari jerat kesunyian yang mengungkung. Sabar, sabar, bisikku padaku sendiri. Kuketuk-ketukkan kakiku ke lantai yang kusam, kutundukkan kepalaku. Diam-diam, aku menghitung detik-detik yang berlalu. Butuh sekitar 45 detik bagi kotak ini untuk turun enam level menuju lantai dasar.

Aku benci kesunyian seperti itu. Apalagi dalam sebuah kotak yang begitu sempit. Apalagi bila ada orang lain yang bersamaku.

Sunyi. Kotak itu tidak kedap suara, tapi tetap saja kesannya sunyi. Meskipun aku tahu, setiap kali pembicaraan kita bisa saja terdengar dari manapun di luar casing beton kotak ini.

Tapi bukan karena itu. Biasanya pun, aku adalah orang yang paling tidak peduli untuk berbicara di manapun. Entah kenapa, hari-hari ini lidahku serasa kelu. Tidak bisa mengeluarkan kata-kata, meskipun mereka telah bertengger di ujung nafas.

Detik, detik dan detik. Suara kami mengambang di udara. Terucapkan sekedar mengisi kekosongan. Kemudian, hilang.

No comments:

Post a Comment