Saya terdiam, tidak tahu apa yang harus saya katakan.
”Jadi,” ujarnya memulai.
”Jadi, apa?” tanya saya.
Keningnya berkerut.
”Sudahkah kamu terima pesan saya?”
Saya diam. Mengangguk saja. Itu sudah cukup baginya.
”Lalu?” tanyanya lagi.
Saya tidak perlu mengulang lagi. Saya sudah tahu apa arti pertanyaan itu.
”Lalu, saya masih belum tahu apakah saya berani melakukannya,” saya berbisik.
Mahluk itu tiba-tiba berdiri, menyibakkan bulu-bulu sayap di punggungnya. ”Nonsense!”* sanggahnya.
Mahluk itu sudah tegap sekarang, mengagumkan dan sedikit mengerikan.
Wahai mahluk cerdas, tataplah mataku. Aku tidak akan pernah menjadi sepertimu.
Surabaya. Di tengah banjir dan hujan, kaulah yang terdengar....
*untuk tidak mengatakan bullsh*t.
No comments:
Post a Comment